Saturday, January 30, 2010

H for Healthy Holiday!

Selama hampir 2 minggu liburan ini, bisa dibilang hanya mengerjakan hal-hal yang tak berarti. Nonton dvd, baca novel, mantengin infotainment, online. Tapi, sekarang aku bisa bangga, walaupun cuma satu yg bermanfaat, tapi okelah ya.. OLAHRAGA!

Udah hampir tiap pagi jogging keliling kompleks, kemaren minggu malah udah ke KI aja gitu sendirian. Pake acara ikutan senam lagi. Hihi.. Trus tiap Kamis juga ikutan tennis, mumpung gratis gitu.. Kapan lagi.. :)

Selamat datang Liburan Sehat! Selamat datang nilai-nilai sehat! (Amiinn..) Dan Selamat datang 45 kg! Amiinn Amiin Aminn.. :))

28012010(030)

Ini si pelatih cakep tapi cerewet :P

28012010(009)

Ayo Kiki, Kejar bolanya!

28012010(013)

Devi, jangan kaya nari! Pukul seperti melelempar ember!

Sebenernya sih membernya banyak ya, cuma berhubung ini lagi liburan, jadi anggota yang tersisa hanya ini. H for Healthy Life! Walaupun habis tennis ujung-ujungnya malah mandi ujan bareng! hihhihi..

28012010(080)

Wednesday, January 27, 2010

I JUDGE.

Aku termasuk orang yang banyak menghakimi, menilai, memberi label terhadap orang lain, sering kali. Aku termasuk orang yang tidak terlalu setuju dengan quote ‘Jangan menilai orang dari penampilan, dari cara bicara, dari status update atau tweet’ Kenapa? karena aku suka menilai, dan dari penampilan, cara bicara dan tweet itulah biasanya penilaianku bersumber.

Orang-orang yang aku beri label biasanya berasal dari anyak kalangan. Teman (well, ini ‘teman’ yang tidak terlalu ‘teman’), orang asing, anak fakultas sebelah, enior/junior, bahkan artis. Dan biasanya kegiatan pemberian label ini berakhir dengan rasa tidak suka, ya aku negative judger, orang yang suka menilai dan memberi label negatif pada orang lain. Dan aku, kalo sudah gak suka sama orang, akan susah merubahnya ke suka.

Ada seorang yang sudah hampir 5 tahun ini aku beri label ‘orang yang aku tidak suka, sifatnya bikin males dan cara bicaranya bikin pengen balik ngatain dia’. Fisiknya oke, manis, over all orangnya juga baik, tipe-tipe feminim lembut. Tapi biasanya hal ini selalu aku abaikan karena sekali lagi, aku negative judger.

Akhir-akhir ini aku beri dia label baru ‘tidak berpendirian’. (Hey, aku saja masih suka dipengaruhi orang lain, ini malah kasih label ke orang, manusia sekali!) Alasannya? Karena dia sebentar ngomong gak mau ini, eh besoknya malah ngelakuin. Sebentar ngeluarin statement kayak gini, besoknya malah ganti ke sebaliknya. Dan semuanya, dipengaruhi sama lingkungan.

Kalo mau dipikir jernih, banyak dari dia yang sebenernya baik, keadaannya, takdirnya, kuliahnya, yang bikin aku iri. Dan mungkin karena rasa iri inilah, aku sering mencari kesalahan dia dan jadinya gak suka. Dan rasa gak suka ini yang bikin aku perhatian banget sama dia, sampe ngebacain blognya (no, I’m not following her!) dan menemukan satu hal yang bikin aku merasa bersalah dan bingung karena kasih banyak label sama dia.

Dia sakit. Lumayan parah. Dan walaupun sakitnya gak bikin hidupnya berkurang lebih cepet, tapi gak bisa disembuhin. Dia cerita kalo sakitnya itu bikin dia harus sering bolak balik rumah sakit, terapi terus-terusan, minum obat yang banyak dan sayangnya, walaupun dia udah ngejalanin itu semua, sakitnya masih gak hilang. Bikin dia minder dan lumayan dijauhin sama temen-temennya dulu.

Gak bakal cerita banyak tentang penyakitnya, tapi over all kayak gitu. Yang mau diceritain sekarang, akunya, mau gimana. Seringkali nyadar kalo judging itu gak perlu, bikin susah, capek, dan pengen memaklumi aja sama keanehan orang, yaa walaupun aku gak suka. Tapi gak tau kenapa, selalu aja rasa bener sendiri, membela diri muncul, dan bilang kalo orang yang kayak gitu emang harus dilabelin, toh buktinya bukan cuma aku yang gak suka dan ngelabelin. Yah, namanya manusia (Nah lho, mencoba membela diri lagI!)

Yah, cukup dibaca aja ceritanya, jangan diambil pusing, biar aku aja yang pusing. Mohon doanya aja, biar aku dimudahkan buat menerima kalo aku salah (ini susah lho!) dan perasaan selalu membela diri tidak pada tempatnya itu hilang. Masalah saya masih atau tidak lagi menilai, menghakimi atau memberi label ke orang lain itu urusan belakangan. Karena sangat susah buat aku untuk tidak menilai orang, mungkin sampai seterusnya pun tetap begitu.

Yes, I judge. And I’m not the only one.

Saturday, January 16, 2010

Dentistry UNSRI 2007

It’s been a while yaaa, udah lama gak posting.. Sibuk sama ujian nih, masih belum selesai malah.. Ujian Ilmu Kesehatan Anak masih menunggu di hari Selasa. Kapan liburnya cobaaa?

Hari ini nilai UAS Periodonsi udah keluar lhoo.. Alhamdulillah dapet B. Tapi, rada gak puas sih, soalnya kemaren jawabnya yakin dan Insya Allah dapet A. Mungkin emang belum jodoh ya buat Periodonsi, dipindahin ke yang lain aja Ya Allah nilai A-nya. Ke Parasit atau Litmin misalnya.. :)

Eh, kemaren dapet foto ini dari Lidya. Ternyata foto pas lagi nunggu kuliah Farmakologi. hahaha.. Sekalian aja deh diposting.. Sekali kali posting narsis. :P

DSCN4666

 DSCN4672

DSCN4673

Hayoooo tebak aku yang mana?

Jangan pada heran ya kenapa isi fotonya cewek semua. Yup! sama kayak Fakultas Kedokteran Gigi kebanyakan, isinya memang minim akan lelaki. Di angkatanku yang jumlah totalnya 52 orang, cowoknya cuma EMPAT! hahaha.. makanya jangan heran kalo kekuatan cewek cewek KG itu menakjubkan, karna emang gak ada cowok yang bisa dimintai tolong waktu praktikum. Jadinya, semuanya dikerjakan sendiri, dari pressing sampe boiling out sendiri.. :)

Technorati Tags: ,

Saturday, January 09, 2010

My Mom is Amazing

My Mom Is Amazing lyrics by Zain Bhikha


She wakes up early in the morning with a smile
And she holds my head up high
Don't you ever let anybody put you down
Cos you are my little angel

Then she makes something warm for me to drink
Cos it's cold out there, she thinks
Then she walks me to school, Yes I aint no fool
I just think my Mom is amazing

She makes me feel
Like I can do anything
and when she's with me
there's no where else, I'd rather be…

After School, she's waiting by the gate
I'm so happy that I just can't wait
To get home to tell her how my day went
And eat the yummy food, only my Mom makes

Then I wind her up cos I don't wanna bath
And we run around the house with a laugh
No matter what I say, she gets her way
I think my Mom is amazing

In the evening, she tucks me into bed
And I wrap my arms around her head
Then she tells me a tale of a girl far away
Who one day became a princess

I‘m so happy, I don't want her to leave
So she lies in bed with me
As I close my eyes, how lucky am I
To have a Mom that's so amazing

Then I wake up in the morning, she's not there
And I realize she never was
And I'm still here in this lonely orphanage
With so many just like me

And as my dreams begin to fade
I try hard to look forward to my day
But there's a pain in my heart that's a craving
How I wish I had a Mom that's amazing
Would be amazing

-- My Current Favourite Song. Been repeating on my iTunes since the last time I saw my Mommy. Yeah, that's just now! :)

9 Tahun 18 Hari yang Lalu.

Sedikit kembali ke masa lalu.

Hari Ibu, sekitar tahun 2000.



Hari itu, kebetulan aku sedang berada di rumah orangtuaku di daerah Perumnas. FYI, selama 6 tahun Sekolah Dasar aku tinggal di rumah Nenek di daerah A. Rivai. Hanya tiap akhir pekan atau hari libur aku pulang ke ’rumah’. Jadi, waktu berkumpul bersama Ayah dan Ibu adalah hal yang sangat jarang untukku waktu itu.


Awalnya tidak ada rencana khusus untuk merayakan hari Ibu, bahkan aku pun tidak tahu kalau hati itu adalah Hari Ibu. Ya, saya, Mully Herdina yang waktu itu duduk di kelas Empat SD tidak tahu bahwa tanggal 22 Desember (atau 23 Desember?) adalah Hari Ibu. Mungkin sampai sekarang pun aku tak tahu.


Dan datanglah Dian, teman sebelah rumah, anak yang manis, penurut, tipikal anak yang oleh Ibu, kau akan selalu dibandingkan dengannya. (Kau tahu, seperti ’Dian rajin, kau tidak rajin’ atau ’Dian penurut dan kau tidak’). Dia memberitahu bahwa hari itu adalah hari Ibu dan mengajakku ke pasar untuk membelikan Ibu hadiah. ’Hmm, kenapa tidak?’ pikirku. Akhirnya, dengan uang sepuluh ribu rupiah, Dian dan aku pergi bersepeda ke pasar Perumnas.


Keadaan pasar waktu itu ramai, tipikal pasar pada hari libur, semakin menambah beban untuk mencari kado yang tepat. Ya, dari awal kami belum memutuskan ingin membeli apa untuk Ibu.

Dengan uang sepuluh ribu, di pikiran naif kami berkelebat gambaran saputangan (dicoret karna Ibu lebih suka menggunakan tisu), lalu cincin (huh, sepuluh ribu?) dan akhirnya pilihan jatuh ke vas bunga. Bisa langsung dengan bunganya, pikir kami saat itu.


Setelah berkeliling, akhirnya vas bunga yang diinginkan pun didapat. Setelah tawa-menawar yang panjang ( ya, anak kelas 4 sd ini sudah bisa menawar! Kami memang anak perempuan Ibu dan Mama! :) ), vas bunga ukuran sedang didapat dengan harga 7 ribu rupiah.

Aku memilih vas bunga yang berwarna dasar biru dengan pola bunga kecil berwarna putih. Akan cocok dengan bunga mawar putih Ibu yang sedang mekar. Dian lebih memilih vas berwarna pink, sesuai dengan warna favorit Mama, katanya.


Makan siang pada hari libur adalah waktu yang paling kutunggu sepanjang minggu, karena 5 anggota keluarga berkumpul mengelilingi satu meja bundar dan makan bersama. Pengalaman yang waktu itu hanya dapat aku rasakan seminggu sekali. Waktu yang biasanya aku harap akan berlangsung lama kerna begitu banyak yang ingin aku ceritakan dengan keluarga, entah kenapa hari itu aku sangat berharap cepat berakhir. Vas bunga biru dengan mawar putihku sudah tak sabar lagi bertemu Ibu.


Dengan malu aku mengulurkan vas dan berkata, ’Selamat Hari Ibu!’. Reaksi Ibu waktu itu awalnya diam (mungkin kaget karna anak perempuannya yang pemalas ini tahu apa dan kapan Hari Ibu itu), lalu tersenyum dan berkata, ’Terimakasih Nak.’ Lalu memelukku dan mencium kepalaku. Sedangkan Ayah, langsung menempatkan vas biruku di bufet ruang tamu. Biar ruang tamunya wangi mawar, katanya.


Itu sembilan tahun delapan belas hari yang lalu. Sudah lama. Kalau hari ini novel ’5cm’-ku tidak hilang, dan aku tidak mencarinya di bufet kamar Ibu, mungkin aku tidak akan pernah ingat lagi dengan vas biruku.

Warnanya masih biru tapi tidak secerah dulu, pola bunga kecil putih-nya pun masih ada, hanya sekarang sudah sedikit menguning di beberapa tempat. Sekarang sudah tidak ada lagi tangkai mawar putih dan bagian atas dari vasku sudah retak, patah malah. Keadaannya sudah tidak layak lagi untuk disimpan.


Aku masih ingat setiap kata Ibu waktu aku menunjukkan vas biruku yang sudah patah, Ibu bilang:


’Itu kan hadiah dari Wiek, walaupun sudah patah karna kesenggol pembantu, bakal tetep Ibu simpen. Hadiah pertama untuk Ibu di Hari Ibu.’


AKU SAYANG IBU.

:*


PS(es).

- Terimakasih buat Dian, sekarang dimana? Aku kangeeeennnn ingin keteeemmmuu..

- Terimakasih buat Ayah atas uang sepuluh ribunya. Maaf waktu itu bohong pas ditanya buat beli apa. Dan maaf lagi, sisa tiga ribunya aku beliin es krim conello pelangi. :P

- Terimakasih buat Novel 5 cm-ku yang hilang yang dengan hilangnya dapat mempertemukan aku dengan vas biruku.