Think that I don't need to say sorry anymore for not updating in 2 months since neither I should do that, nor anybody who's waiting for it. hehehe.. By the way, I'm so going to recap these past 2 months to a looonnnggg one post. Please anticipate it! :)
I changed my biased from Hankyung to Siwon then Leeteuk and Sungmin, and you know what? I'm officially Hyukjae biased now! Hehe.. :)
There are 6 members who have Twitter! They're @shinsfriends @donghae861510 @myblacksmile @choi_SW (For my gracious God, he FOLLOWED ME!) @heedictator @henrylau89. Please please.. It's Hyukjae who is the 7th... Pleaseeee..
I thought I will fail in Orthodontic Practical Test. I still cant do that bending wire thingy even the slightest one. Please pray for me. Anyone.
I lost my feelings to my Imprint. All of sudden. I think I should have a real one.
Felt so nervous about this semester. What if i couldn't get the standard score so I couldn't take those thesis preparations? What if I couldn't pass the practical test so I couldn't pass the subject? What if? Aisshhh..
I've been waiting for that scholarship transfer to my bank account! When, oh when? There are so many things I wanna have, you know?
Been saving for Super Junior Super Show 3's ticket concert. Wherever, whenever, I have to see them perform in front of my eyes before they disband!
My youngest little brother is comeback to the-disorder-of-teenage-boy-stage. So confusing.
After past 2 or 3 months I succeed to avoid opening his Twitter, I finally gave my heart to the devil again (read: gave up) 2 days ago. Pabo!
Started to think to have a boyfriend. A steady one.
Started to think to have a boyfriend. A steady one.
Started to think to have a boyfriend. A steady one.
Started to think to have a boyfriend. A steady one.
Started to think to have a boyfriend. A steady one.
Should I type it until 40, God? So you can accede it immediately. Eventually. If it is, I'm so going to do that.
Have you ever heard about Super Junior? It’s a boy band from Korea that has thirteen members, plus 2 new Chinese members in Super Junior M project. For the further info, you can read in here. :)
You may say, I’m not really into this boy band. The songs are just so-so, the vocal quality also. But I always amazed with their togetherness. And their sense of humor too! Watching their video could make me sit in front of my lappy for at least 3 hours, minimal.
Talking about togetherness, the very first time I realized it when I watched Super Junior Full House, their reality show. It’s about 6 months ago. In this show, there’s 2 foreign girls who have to stay with them for 3 months. They (the girls) have to learn Korean, and the boys have to learn English from the girls. The girls can follow all the SJ’s activity and can do everything with the boys. How I wish I were one of that girls~~
And now, I feel so terribly sad. Three of the boys have some issues. Hankyung with the SM Management, Kangin with the police force and Kibum with his filming schedule which is keeping him away from another SJ’s members.
Hankyung and Heechul. I miss your HanChul moments so badly.. :(
I wouldn't feel this terribly sad if I didn't watched Super Show II in Beijing, when the boys (10 boys, minus the three) was singing Shining Star. Heechul, already known as Hankyung’s pair in SJ was crying when he was singing his part. For some people, maybe it doesn't mean anything, but for Elfs, it DOES MEANS A THING! Not only missing his pair, Hankyung, he absolutely also missing KangIn and KiBum.
I don't know why, It seems like I can feel his feeling too! I’ve been feeling those feels too! And from that moment, I didn't have a gut to listening the song. Cause it’s only breaks my heart and make my eyes teary. :’(
Maybe I’m not the biggest fan of Suju, and I’m sure I’m not the best Elfs, but I do know the boys and can feel their feeling, that’s enough to be the reason why I always like am gonna cry everytime I listen to the song.
If you’re curious with the song, you can listen to it here and feel the lyric too! Then you’ll understand why we, Elfs, feel the pain in our heart and cry along with Heechul.
My 5th Semester’s score successfully drives me crazy. Makes my mood swing up and down, like a roller coaster. And the family’s issue is such a ladder upon my fall body. Addition.
But thank God for creating word. And for creating many people who can play with it and voila! Such a motivational quote comes to town!!
"No matter how you feel, get up, dress up and show up." - Life Book
Aku termasuk orang yang banyak menghakimi, menilai, memberi label terhadap orang lain, sering kali. Aku termasuk orang yang tidak terlalu setuju dengan quote ‘Jangan menilai orang dari penampilan, dari cara bicara, dari status update atau tweet’ Kenapa? karena aku suka menilai, dan dari penampilan, cara bicara dan tweet itulah biasanya penilaianku bersumber.
Orang-orang yang aku beri label biasanya berasal dari anyak kalangan. Teman (well, ini ‘teman’ yang tidak terlalu ‘teman’), orang asing, anak fakultas sebelah, enior/junior, bahkan artis. Dan biasanya kegiatan pemberian label ini berakhir dengan rasa tidak suka, ya aku negative judger, orang yang suka menilai dan memberi label negatif pada orang lain. Dan aku, kalo sudah gak suka sama orang, akan susah merubahnya ke suka.
Ada seorang yang sudah hampir 5 tahun ini aku beri label ‘orang yang aku tidak suka, sifatnya bikin males dan cara bicaranya bikin pengen balik ngatain dia’. Fisiknya oke, manis, over all orangnya juga baik, tipe-tipe feminim lembut. Tapi biasanya hal ini selalu aku abaikan karena sekali lagi, aku negative judger.
Akhir-akhir ini aku beri dia label baru ‘tidak berpendirian’. (Hey, aku saja masih suka dipengaruhi orang lain, ini malah kasih label ke orang, manusia sekali!) Alasannya? Karena dia sebentar ngomong gak mau ini, eh besoknya malah ngelakuin. Sebentar ngeluarin statement kayak gini, besoknya malah ganti ke sebaliknya. Dan semuanya, dipengaruhi sama lingkungan.
Kalo mau dipikir jernih, banyak dari dia yang sebenernya baik, keadaannya, takdirnya, kuliahnya, yang bikin aku iri. Dan mungkin karena rasa iri inilah, aku sering mencari kesalahan dia dan jadinya gak suka. Dan rasa gak suka ini yang bikin aku perhatian banget sama dia, sampe ngebacain blognya (no, I’m not following her!) dan menemukan satu hal yang bikin aku merasa bersalah dan bingung karena kasih banyak label sama dia.
Dia sakit. Lumayan parah. Dan walaupun sakitnya gak bikin hidupnya berkurang lebih cepet, tapi gak bisa disembuhin. Dia cerita kalo sakitnya itu bikin dia harus sering bolak balik rumah sakit, terapi terus-terusan, minum obat yang banyak dan sayangnya, walaupun dia udah ngejalanin itu semua, sakitnya masih gak hilang. Bikin dia minder dan lumayan dijauhin sama temen-temennya dulu.
Gak bakal cerita banyak tentang penyakitnya, tapi over all kayak gitu. Yang mau diceritain sekarang, akunya, mau gimana. Seringkali nyadar kalo judging itu gak perlu, bikin susah, capek, dan pengen memaklumi aja sama keanehan orang, yaa walaupun aku gak suka. Tapi gak tau kenapa, selalu aja rasa bener sendiri, membela diri muncul, dan bilang kalo orang yang kayak gitu emang harus dilabelin, toh buktinya bukan cuma aku yang gak suka dan ngelabelin. Yah, namanya manusia (Nah lho, mencoba membela diri lagI!)
Yah, cukup dibaca aja ceritanya, jangan diambil pusing, biar aku aja yang pusing. Mohon doanya aja, biar aku dimudahkan buat menerima kalo aku salah (ini susah lho!) dan perasaan selalu membela diri tidak pada tempatnya itu hilang. Masalah saya masih atau tidak lagi menilai, menghakimi atau memberi label ke orang lain itu urusan belakangan. Karena sangat susah buat aku untuk tidak menilai orang, mungkin sampai seterusnya pun tetap begitu.
Hari itu, kebetulan aku sedang berada di rumah orangtuaku di daerah Perumnas. FYI, selama 6 tahun Sekolah Dasar aku tinggal di rumah Nenek di daerah A. Rivai. Hanya tiap akhir pekan atau hari libur aku pulang ke ’rumah’. Jadi, waktu berkumpul bersama Ayah dan Ibu adalah hal yang sangat jarang untukku waktu itu.
Awalnya tidak ada rencana khusus untuk merayakan hari Ibu, bahkan aku pun tidak tahu kalau hati itu adalah Hari Ibu. Ya, saya, Mully Herdina yang waktu itu duduk di kelas Empat SD tidak tahu bahwa tanggal 22 Desember (atau 23 Desember?) adalah Hari Ibu. Mungkin sampai sekarang pun aku tak tahu.
Dan datanglah Dian, teman sebelah rumah, anak yang manis, penurut, tipikal anak yang oleh Ibu, kau akan selalu dibandingkan dengannya. (Kau tahu, seperti ’Dian rajin, kau tidak rajin’ atau ’Dian penurut dan kau tidak’). Dia memberitahu bahwa hari itu adalah hari Ibu dan mengajakku ke pasar untuk membelikan Ibu hadiah. ’Hmm, kenapa tidak?’ pikirku. Akhirnya, dengan uang sepuluh ribu rupiah, Dian dan aku pergi bersepeda ke pasar Perumnas.
Keadaan pasar waktu itu ramai, tipikal pasar pada hari libur, semakin menambah beban untuk mencari kado yang tepat. Ya, dari awal kami belum memutuskan ingin membeli apa untuk Ibu.
Dengan uang sepuluh ribu, di pikiran naif kami berkelebat gambaran saputangan (dicoret karna Ibu lebih suka menggunakan tisu), lalu cincin (huh, sepuluh ribu?) dan akhirnya pilihan jatuh ke vas bunga. Bisa langsung dengan bunganya, pikir kami saat itu.
Setelah berkeliling, akhirnya vas bunga yang diinginkan pun didapat. Setelah tawa-menawar yang panjang ( ya, anak kelas 4 sd ini sudah bisa menawar! Kami memang anak perempuan Ibu dan Mama! :) ), vas bunga ukuran sedang didapat dengan harga 7 ribu rupiah.
Aku memilih vas bunga yang berwarna dasar biru dengan pola bunga kecil berwarna putih. Akan cocok dengan bunga mawar putih Ibu yang sedang mekar. Dian lebih memilih vas berwarna pink, sesuai dengan warna favorit Mama, katanya.
Makan siang pada hari libur adalah waktu yang paling kutunggu sepanjang minggu, karena 5 anggota keluarga berkumpul mengelilingi satu meja bundar dan makan bersama. Pengalaman yang waktu itu hanya dapat aku rasakan seminggu sekali. Waktu yang biasanya aku harap akan berlangsung lama kerna begitu banyak yang ingin aku ceritakan dengan keluarga, entah kenapa hari itu aku sangat berharap cepat berakhir. Vas bunga biru dengan mawar putihku sudah tak sabar lagi bertemu Ibu.
Dengan malu aku mengulurkan vas dan berkata, ’Selamat Hari Ibu!’. Reaksi Ibu waktu itu awalnya diam (mungkin kaget karna anak perempuannya yang pemalas ini tahu apa dan kapan Hari Ibu itu), lalu tersenyum dan berkata, ’Terimakasih Nak.’ Lalu memelukku dan mencium kepalaku. Sedangkan Ayah, langsung menempatkan vas biruku di bufet ruang tamu. Biar ruang tamunya wangi mawar, katanya.
Itu sembilan tahun delapan belas hari yang lalu. Sudah lama. Kalau hari ini novel ’5cm’-ku tidak hilang, dan aku tidak mencarinya di bufet kamar Ibu, mungkin aku tidak akan pernah ingat lagi dengan vas biruku.
Warnanya masih biru tapi tidak secerah dulu, pola bunga kecil putih-nya pun masih ada, hanya sekarang sudah sedikit menguning di beberapa tempat. Sekarang sudah tidak ada lagi tangkai mawar putih dan bagian atas dari vasku sudah retak, patah malah. Keadaannya sudah tidak layak lagi untuk disimpan.
Aku masih ingat setiap kata Ibu waktu aku menunjukkan vas biruku yang sudah patah, Ibu bilang:
’Itu kan hadiah dari Wiek, walaupun sudah patah karna kesenggol pembantu, bakal tetep Ibu simpen. Hadiah pertama untuk Ibu di Hari Ibu.’
AKU SAYANG IBU.
:*
PS(es).
- Terimakasih buat Dian, sekarang dimana? Aku kangeeeennnn ingin keteeemmmuu..
- Terimakasih buat Ayah atas uang sepuluh ribunya. Maaf waktu itu bohong pas ditanya buat beli apa. Dan maaf lagi, sisa tiga ribunya aku beliin es krim conello pelangi. :P
- Terimakasih buat Novel 5 cm-ku yang hilang yang dengan hilangnya dapat mempertemukan aku dengan vas biruku.
1. Lebih baik dalam hubungan dengan Allah. Ayo ya.. Shalat sunnah sama hapalannya dibanyakin. Kalo kaya gini, jadi kangen pengen TPA lagi ah, Belajar Tajwid, Murratal, Dinul Islam, ngapalin Al-Qur’an. Sekarang masih bisa kok, tapi TPA-nya dipindahin ke rumah..
2. Lebih baik ke hubungan sesama manusia. Gak perlu muluk-muluk deh, bilang mau kenal tetangga. Minimal dirajinin aja dulu senyumnya ke semua orang deket rumah. Tetangga gak tetangga yang penting senyuuummm..
3. Lebih baik dalam bidang akademis. Aduuuhhh... susah ya sepertinya.. :P Minimal lebih baik deh ketimbang nilai gak remed kemarin. (Yup, I’m talking bout my sixty-something Pharmachology’s score!)
4. Lebih produktif dalam hal yang baik. Ayoo.. makin sering nulis, makin banyak baca yang bermanfaat, dan yang paling dibutuhin sekarang adalah MAKIN BANYAK BACA KAMUS INGGRIS!! Lack of vocabulary! Trus mau beli novel Inggris ah, biar makin membantu..
5. Lebih berguna buat diri sendiri. Someone says: If we were born poor, that’s not our fault. But if we die poor, that’s 100% our fault. So that’s all me gonna do! Take the risk, make a change, take a chance, for a better ME!! Jangan sampe ntar udah mumur 19, gak ada kemajuan yang berarti..
Maafkan aku karena keterlambatan ini ya.. Banyak banget halangan buat update, dari flash yang telat dibayar, ujian dan tugas-tugas, jadi Tim Sukses buat kampanye (will tell you soon about it!) dan lain-lainnya.
Tanggal 23 November kemaren itu Birthday-nya aku lhoo.. Alhamdulillah udah 18 tahun hidup disini, udah 18 tahun jadi anak Ayah sama Ibu, udah 18 tahun jadi mahluk Tuhan paling seksi! Hihihi.. :P Karena masih dikejar-kejar deadline ujian, so I just gonna write some highlites of my birthday buat post kali ini..
• The first birthday message came from Shinta Widia Sari at 23:07,November 22nd 2009.
• My younger-but-not-little-brother, Dhanu, is the first one in home yang ngucapin ultah. Right at 00:00,November 23rd 2009. He knocked on my door and said, ‘Selamat ulang tahun Mbak Wiek. Semoga.. semoga.. hmm.. semoga semuanya baik-baik saja.’
• Bangun pagi seperti biasa, dibangunin ibu yang langsung cium-peluk dan bilang, ‘Selamat ulang tahun Wiek. Semoga panjang umur, cepet lulus kuliah dan cepet dapet cowok..’
• Ayah sama Agil (another My younger-but-not-little-brother), ngucapinnya right when I went down from the upstairs. Agil: ‘Happy Birthday Mbak, semoga target berat badan idealnya tercapai!’. Ayah: ‘Selamat ulang tahun sayang, semoga sehat selalu. Ayo cepet sarapan! Kuliah pagi jam 8 kan?’
• Doa di 18 tahunku ini: Semoga tahun ini makin dapet yang lebih baik Ya Allah. Cukup ‘yang lebih baik’, karena Mully belum yakin sudah sanggup menerima ‘yang terbaik’.
• Quote di ulangtahunku kali ini: I realized that maturity does not come just because we grow old and “traveled” a lot, but from the harder lessons of life we’ve been through.
• PR buat tahun ini: Bagaimana caranya berubah menjadi pribadi yang lebih baik tanpa ikut merubah pribadi kita yang sebenarnya? I do love my self, but sometimes I think that I’m not good enough. So I really need your help to figure out the answer! Comment pleaseee..
Pernah gak sih ngerasa kaya kalian itu lagi ada di titik nadir hidup kalian? Kaya kita tuh ngerasa kalo kita masih belum bisa ngeraih life goal kita, atau bahkan gak bisa. Kaya beberapa tahun ini yang kita dapetin tuh nothing! Walaupun kita udah berusaha keraaaasss banget. Well, frankly, I’ve been feeling like this. About for these 5 days. I usually called it as The Pre-Birthday Feeling.
Gak tau exact time-nya itu kapan, mungkin sekitar jaman SMP (jaman yang ’lumayan’ udah ngerti dosa) udah mulai ngerasaain feeling kaya gini. Gak bisa deket-deket tanggal 23 November dikit, mulai deh perasaan was-was karena takut resolusi tahun kemaren gak tercapai muncul. Trus disusul sama perasaan bersalah karena gak ada yang kecapai dan perasaan yang membela diri dengan meyakini kalo ada sedikit dari goal yang kecapai datang bergantian. Selalu aja mengulang setiap tahun. Huh,
Awalnya sih ngerasa bersalah banget, tapi lama-lama kok efek kedasyatannya mulai berkurang ya? Yang biasanya sebulan eh ini seminggu aja udah luntur. Pikiran-pikiran ’Ya Allah, gue udah setua ini tapi masih aja belum ngehasilin apa-apa’ udah gak betah lagi hinggap di kepala. Ini emang wajar kaya gini atau guenya aja yang tiap tahun tambah ’kacau’?
Well, sedikit menoleh ke tahun kemaren, here are my birthday’s resolution:
My 17th-Birthday’s Resolution. 1. Menjadi pribadi yang dekat ke Allah. SWT. 2. Menjadi pribadi yang peduli ke lingkungan sekitar. Since I unaccedently committed being an antisocial one. 3. Menjadi pribadi yangsabar menghadapi orang-orang walaupun orang itu gak patient-able. 4. Menjadi yang lebih baik di seluruh dunia yang gue geluti.
Dan kalau mau noleh sedikit lebih agak ke belakang lagi, gue bakal baca isi resolusi yang sama kaya resolusi ulang tahun gue tahun-tahun sebelumnya! Ini emang guenya yang gak bisa ngeraih atau emang resolusinya ya yang ketinggian?
Some say, kita ’seharusnya’ menggantungkan cita-cita kita setinggi langit-langit kamar. Kenapa? Karena langit-langit kamar masih bisa keraih dan kalo pun jatoh gak sakit-sakit amat. Dan butuh waktu beberapa tahun buat gue sadar kalo yang perlu diganti bukan cara gue meraih resolusi, tapi resolusi itu sendiri. Mungkin resolusi gue emang terlalu tinggi buat anak seumuran gue. Mungkin aja dari tahun kemaren gue udah bisa meraih kemajuan yang berarti, tapi bias sama resolusi gue yang ketinggian. Mungkin gue harus sering-sering meletakkan kata ’lebih’ di depan setiap resolusi gue, biar hasilnya kerasa. Dan mungkin, gue juga harus sedikit mengambil waktu buat menjadi manusia yang seutuhnya, yang gak selalu melakukan hal yang tepat dan selalu meraih resolusi.
P.S. Masih berkutat sama resolusi tahun ini nih. Need your help to make it ASAP! Hihihi..
Posting kali ini, sama kaya posting yang sebelumnya, buat menuhin janji sama temen, kali ini namanya Shinta, Shinta Widia Sari. Awalnya sih lumayan bingung mau nulis apa, sebenernya yang mau ditulis itu banyak, tapi kok kurang sreg ya kalo gak berhubungan sama Shinta. Butuh waktu beberapa minggu buat mutusin mau nulis apa, dan butuh beberapa alasan buat menenangkan Shinta yang terus menagih, but thank God it’s exam week, so I can use it as a reason. Saved by the exams then!
Pertama liat Shinta itu waktu pendaftaran ulang mahasiswa Kedokteran Gigi UNSRI 2007, kita yang waktu itu sama–sama jadi mahasiswa baru harus antri buat ngambil kartu tanda mahasiswa. Bagaimana kesan kalian kalo ngeliat cewek full make-up, reddish coloured hair, tight t-shirt and short skirt? Well, seorang seperti aku yang memiliki lingkar pergaulan yang kecil dan seragam langsung beranggapan lumayan ’aneh’ dengan penampilan ini. Walaupun kalo dipikirin lagi sekarang, that was not clumsy at all! Yeah, time plays its role so well, changing everything.
Mulai masuk kuliah, gak terlalu ngeh sama yang namanya Shinta. Gak tau tepatnya kapan, sekitar semester 2 atau 3, baru mulai ngobrol dan deket sama Shinta. Baru tau kalo Shinta itu pinter banget Kimianya sampe pernah menang di Olimpiade. Baru tau kalo Shinta gak terlalu suka sama namanya yang menurutnya artinya gak banget karena cuma diambil dari nama temen Ibunya yang Ibunya seneng. I’m telling you this Shinta, I have google-d it and found out that Shinta means Chastity or Kemurnian/Kesucian. Artinya, Ibu berdoa biar anaknya ’nanti’ bisa menjadi orang yang penuh dengan kesucian. Hmm, kalo sekarang belum keliatan, mungkin emang harus ’nanti’ ya Sin, hehehe..
Shinta itu reminder, pengingat. Yang selalu mengingatkan tanggung jawab kita sebagai seorang anak kepada orang tua dengan terus-terusan bilang, ”Nilai bagus itu kewajiban aku buat Ibu, yang kerja keras buat ngebiayain kuliah.” Shinta juga selalu mengingatkan aku buat selalu bersyukur dengan umur yang semuda ini udah bisa kuliah setinggi ini. Shinta adalah temen yang buat aku sadar kalo usaha yang keras itu bener-bener bakal dibales sama Allah dengan hasil yang terbaik dengan pengalamannya ngehapalin seluruh soal-soal Bahasa Inggris di Buku Kumpulan Soal SPMB Tahunan buat persiapan SPMB. Buat kalian yang ngerti Bahasa Inggris mungkin menganggap kalo yang dilakukan Shinta itu bodoh banget, kenapa ngga belajar aja dari awal? Dulu aku juga berfikiran gitu, tapi kesininya aku malah kagum banget sama usahanya yang lumayan bodoh ini, dan berkesimpulan kalo ini juga usaha yang bahkan lebih keras dari sekedar belajar dari awal.
Sekarang, My dearest friend Shinta lagi merasa kalo tanggung jawab sama Ibunya di semester kemaren kurang penuh, dan mulai berusaha lagi di semester ini. Seberapa banyak temen kalian yang memutuskan gak ikutan refreshing nonton Orphan rame-rame bareng besties dan malah belajar terus-terusan buat ujian yang jadwalnya 8 hari kemudian? Well, at least, I dont have many friends like her.
Thanks Shinta for everything. Belajar yang rajin, berusaha yang keras, but don’t push yourself too much please. Tequiero Shinta, semoga kita semua ngedapetin hasil yang terbaik di semester kelima kita ini. Amiin Amiin Ya Rabbal Alamiin..
My current fave song is Michael Buble-Havent Met You Yet. Yup, ini single terbaru-nya Buble. Ceritanya tentang seorang single yang lagi nunggu another single to make a team. hehehe.. :P
Honestly, this song really does can explain my feeling, Apalagi pas bagian:
" Wherever you are, Whenever it's right You'll come out of nowhereand into my life."
Kadang kita suka maksa deh, PENGEN PUNYA PACAR SEKARANG! Padahal semua hal yang dipaksain itu pasti ujungnya gak baik ya? Ya udah deh, ujungnya putus, trus bikin sedih. Padahal kalo kita nunggu 'the right time'-nya, dan ngebiarin semuanya jalan kayak biasa, pasti ujungnya baik deh. Jadi, mau cari Mr. Right atau Mr. Right Now?
" And I promise you kid, I'll give so much more than I get. I just haven't met you yet! "
Of course I will. And I DO!
:)
I am single now, dan gak pernah maksa buat jadi double.